selamatdatang


widgets

Sabtu, 27 Februari 2016

Negeri Angka

NEGERI ANGKA
(1)



Hari ini begitu cerah. Awan-awan berkumpul mengarak cahaya matahari yang memancarkan kehangatan. Bendera di ujung mataku berkibar menunjukkan ketangguhannya. Merah dan putih. Keberanian dan kesucian. Itulah pusaka  perjuangan beratus-ratus tahun yang melibatkan darah dan keberanian. Lantas, untuk apa perjuangan mereka itu? Untuk orang yang kini acuh dan lupa pada rintihan rasa sakit dan pilu? 

Upacara hanyalah simbolisasi. Simbol rasa simpati dan empati yang disandiwarakan. Bahkan walau dengan sedihnya lantunan mengheningkan cipta itu dialunkan, pikiran mengambang diatas kepala. Aku bahkan malu berada disini. Aku tak mengerti perasaan itu dalam ritme-ritmennya. Aku tak tau cara mengaplikasikannya. Udara pagi menghangatkanku tapi hati ini beku. Aku sama seperti yang lainnya. Generasi angka. Aku tak tau cara melepaskan dari jeratan ini. Semua serba salah. Tidak. Semua sudah salah dari awalnya. Bagaimana menjadi benar? Apakah itu penting? Kebenaran adalah kemustahilan dalam sesuatu yang tidak benar. Hidup ini tidak benar. Hanya ketika kematian menjemputmu, kebenaran dan kesalahan akan terungkap dan terbedakan. 


Kebenaran. Aku muak sejujurnya.  Bukan muak untuk menjadi benar. Prihatin melihat suatu yang benar menjadi salah, yang salah menjadi benar. Angka-angka dapat membuktikan banyak hal. Statistika, peluang, dimensi dan logika pasti. Tapi apakah angka-angka tersebut bisa membuktikan dan menunjukkan siapa yang paling benar dan salah? Tidak bisa. Angka itu buta terhadap kebenaran hakiki. Mereka membedakan hanya kepada sesuatu yang terlihat,terhitung,dan terbaca. Apa yang tak mereka liat adalah sia-sia.


Semua yang tak terlihat dianggap tabu.
Padahal sesuatu yang tak terlihat adalah yang paling berharga dan menakjubkan.

Sama halnya ketika kalian bernapas. Kalian merasakan kesegaran menjalari tubuh walau kalian tak melihat,mendengar, dan menyentuhnya. Tapi itulah yang terpenting dari semua yang terlihat,terbaca,dan terhitung. Sumber kehidupan dan keberadaan adalah sesuatu yang tak kita lihat.









NEGERI ANGKA

NEGERI ANGKA
(opening)


Inilah negeriku. Negeri elok yang kaya raya tapi miskin. Tanahnya emas, keanekaragamannya tak terhitung, dan sumber kehidupannya terjamin, Tetangga bilang negeri ini adalah surga kehidupan. Surga kehidupan bagi sang penjajah. Didalamnya terdapat kekayaan melimpah ruah dengan robot-robot yang bisa mereka kendalikan. Tak perlu membuat mesin canggih yang bisa melakukan apapun ketika melihat uang. Semua itu ada di negeri ini. Tetangga senang di negeri ini karena mereka bak seorang raja dan ratu. 

Semua karena angka. "Angka" ini adalah satu kata yang mewakili segalannya. Mewakili semua pemikiran yang menyebabkan kepatahatianku ini. Uang adalah angka, Nilai adalah angka, Kekuasaan juga angka. Hidup ini angka. Semua orang disekelilingku berjalan karena angka, berjalan menapak untuk mendapatkan peruntungan angka. Disini lengkaplah sudah karena ada yang mendongkak dan ada yang menunduk. Pemikiran mengepul disetiap langkah mereka. Berpikir langkah mana yang akan mereka ambil, mengeliminasi setiap kepentingan untuk mendapatkan angka terbaik. Kemudian mensubstitusi semua perencanaan kedalam semua tindakan mereka.

Aku salah satu yang berjalan ditengah-tengah kerumunan ini.