Sabtu, 04 Januari 2014
SENJA
Senja di sore ini. Memperlihatkanku pemandangan yang merenyuh hati orang yang melihat. Membuat pandangan orang menuju sisinya. Anak-anak yang berlarian membawa bola yang akan mereka mainkan. Ibu-ibu yang sedang saling berkumpul menggendong anaknya sambil melihat takjub. Dan aku yang duduk sendiri di bangku panjang berwarna merah. Bagaikan kamera yang melihat mereka dan merekam setiap gerak mereka. Senja itu. Senja yang indah itu. Yang menjadi tujuan mata orang saat ini. Yang membuatku sangat iri. Apakah aku bisa menjadi senja itu? Yang dilihat dan tidak disebelahmatakan?Yang indah dan menawan. Yang indah namun tak bisa dicapai.
AKU ingin seperti itu.
Apakah aku bisa menjadi senja itu?
TENG TENG.
Seperti biasanya sekarang sudah pukul setengah empat dan aku harus pulang sekolah. Tahun ini jam pelajaran sekolah memang ditambah. Kurikulum juga ditambah dan dirubah. Inilah yang disebut kurikulum 2013.
Baiklah sekarang waktunya memperkenalkan namaku. Namaku Jani, aku sekarang kelas 1 SMA. Aku anak yang pendiam dan tidak pandai bergaul seperti anak lainnya. Aku lebih suka menghabiskan waktuku dengan membaca dan menulis diaryku. Diary pink yang selalu kubawa kemanapun aku pergi. Diary pink yang menjadi jurnal kesedihan dan kebahagiaanku. Diary pink yang menjadi sahabatku yang paling setia. Ditemani dengan pena pink ku.
Sekarang waktunya pulang kan?Tapi aku malas sekali pulang. Mungkin sekarang anak-anak lain dengan senang hati ingin pulang kerumahnya. Menikmati suasana rumahnya. Menikmati masakan yang dihidangkan malaikat mereka dirumah. Tapi aku berbeda. Aku benci pulang ke rumah. Bukan berarti aku benci rumahku tapi aku benci keadaan itu. Keadaan yang ingin membuatku menggoreskan panah pisau di pergelangan tanganku. Maka itu aku lebih memilih berada di taman atau diperpustakaan umum saat pulang sekolah. Barulah jika sudah pukul 8 malam aku akan pulang. Karena biasanya jika sudah jam segitu kondisi sudah tenang dirumahku.
Taman sekolahku memang sangat tenang jika sudah waktu pulang sekolah, Aku bisa dengan leluasa mencurahkan perasaanku hari ini tanpa terganggu dengan suara apapun.
"Dear diary...
Hari ini adalah hari yang sepi seperti hariku yang sebelumnya. Tidak ada yang berubah dari sebelumnya. Namun hari demi hariku terasa semakin sepi mencekram. Aku memang mendengar suara tawa yang kencang. Suara banyolan. Namun mengapa hatiku masih terasa sepi?Aku sama sekali tidak bisa tertawa. Walau itu mungkin sangat lucu bagi anak-anak lain. Ini pun hari kesekian aku tidak bisa tertawa.
Hari ini aku juga mendengar cacian temanku tentang diriku. Ia bilang mulut dan kupingku sudah mati rasa. Ia bilang aku adalah anak yang membosankan dan ia sebenarnya benci melihatku. Tapi diary, aku tidak merasa kesal dan sedih. Aku tidak merasakan apapun. Aku hanya merasa sepi. Aku tidak tau apa yang terjadi pada diriku ini diary.
Benarkah mulut dan kupingku sudah mati rasa?Tidak. Mulut dan kupingku tidak mati rasa. Aku rasa, yang telah mati rasa adalah hatiku.
Hatiku benar-benar sudah mati sehingga yang kurasakan hanya SEPI"
"Neng..neng sedang apa?kok belum pulang. Anak lain sudah pulang"
Aku masih terdiam. Namun, lalu aku membereskan barang-barangku. Menaruh diary pink-ku di tasku. Tanpa menoleh. Lalu pergi.
Aku berjalan dan menaiki angkot menuju perpustakaan yang biasa kudatangi. Inilah rutinitasku. Aku duduk di bangku pojok yang sepi itu. Disitu adalah tempat yang tenang maka itu aku suka duduk disitu. Sebelumnya kuambil dulu sebuah novel karya Ilana Tan. Novel tersebut sangat terkenal. Judulnya adalah Sunshine Becomes You. Aku tertarik membacanya. Dan langsung duduk di kursi itu. Dalam beberapa waktu itu sangat menyenangkan. Aku baru membaca halaman satu, namun ada yang duduk disampingku. Aku pun menengok. Ternyata ada seorang pria duduk disampingku. Aku merasa risih dan menutup novel itu. Bergegas pergi. Ada suatu tangan menahanku.
Tangan orang itu.
Aku menepisnya. Tangan itu kembali menarikku lagi
"Lepaskan"
"Tidak"
Aku menatap tajam. "Apa yang kau lakukan?" Aku tidak pernah menatap orang dengan tajam sebelum itu, namun sekarang aku menatapnya tajam.
"Seharusnya aku yang bertanya apa yang kau lakukan saat ini?Apa kau benar-benar tidak mengenaliki?Apakah seperti ini sikapmu?Aku selalu memperhatikanmu selama ini, tapi kau..?"
"Apa kau gila?lepaskan. Ya, aku sama sekali tidak mengenalmu. Lepaskan atau aku akan berteriak"
Orang itu melepaskan genggamannya itu. "Baiklah"
Aku pun pergi. Tidak menoleh, tidak penasaran mengapa terjadi hal seperti ini.
Di perpustakaan itu pria itu menatap sedih tangannya. "Apa benar kau melupakanku"
Sampai dirumah. Kukira suasana akan ribut. Namun ternyata suasana sepi. Aku menghembuskan nafasku dan melangkah pelan-pelan. Tidak ingin orang rumah tau aku sudah pulang. Berjalan ke kamarku dan menutup pintu kamarku. Aku tidak tau lagi apa yang terjadi pada mereka saat terakhir aku tidak mau lagi pulang jam segini. Tapi sekarang suasana sepi dan tidak seperti waktu itu. Aku menaruh tasku dan duduk di meja belajar. Melepas kacamata dan ikat rambutku.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar