selamatdatang


widgets

Senin, 19 Mei 2014

TRADISI SENI WAYANG HINDU BUDHA-ISLAM-MASA KINI

TRADISI SENI WAYANG
Ø Sejarah/Asal-Usul Wayang
·       Salah satu bentuk tradisi warisan nenek moyang kita ialah pertunjukan wayang yang mampu bertahan berabad-abad dan mengalami perubahan serta perkembangan sampai dengan bentuknya yang sekarang.
·       Wayang sebenarnya dikenal sejak zaman prasejarah dari sekitar 1500 tahun sebelum Masehi. Namun, tradisi wayang benar-benar tercipta pada saat hindu-budha dan kemudian terus berkembang sampai islam hingga sekarang.
·       Asal-usul wayang di dunia ada dua pendapat:
Pertama, bahwa wayang berasal dan lahir pertama kali di Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Timur. Pendapat ini selain dianut dan dkemukakan oleh para peneliti dan ahli-ahli bangsa Indonesia, juga merupakan hasil penelitian sarjana-sarjana Barat. Alasan ini cukup kuat karena seni wayang masih amat erat kaitannya dengan keadaan sosiokultural dan religi bangsa Indonesia, khususnya orang Jawa, yakni Punakawan tokoh yang terpenting dalam pewayangan, yakni Semar, Gareng, Petruk, Bagong hanya dalam pewayangan Indonesia dan tidak ada di Negara lain. Selain itu nama dan istilah teknis pewayangan semuanya berasal dari bahasa Jawa dan bukan bahasa lain.
Kedua, diduga wayang berasal dari India, yang dibawa bersama dengan agama Hindu ke Indonesia. Budaya wayang diperkirakan sudah lahir di Indonesia setidaknya pada zaman pemerintahan Prabu Airlangga, Raja Kahuripan (976-1012), yakni ketika kerajaan di Jawa Timur itu sedang makmur-makmurnya. Karya sastra yang menjadi bahan cerita wayang sudah ditulis oleh para pujangga Indonesia, sejak abad 10. Antara lain naskah sastra Kitab Ramayana Kakawin berbahasa Jawa Kuna ditulis pada masa pemerintahan raja Dyah Balitung (989-910) yang merupakan gubahan dari Kitab Ramayana karangan pujangga India, Walmiki. Selanjutnya, para pujangga Jawa tidak lagi hanya menerjemahkan Ramayana dan Mahabarata ke Bahasa Jawa Kuna, tetapi mengubahnya dan menceritakan kembali dengan memasukkan falsafah Jawa Kuna kedalamnya.
·       Kata “wayang” diduga berasal dari kata “wewayangan” yang artinya bayangan.
·       Fungsi pertunjukan wayang sepanjang perjalanan sejarahnya tidaklah tetap dan bergantung pada kebutuhan tuntutan.
a.    Pada hindu-Budha:
Pada saat hindu budha, pertunjukkan wayang sebagai hiburan dan penyaluran karya seni. Sebagai alat untuk menggambarkan nenek moyang juga pengembangan dari ritual atau pemujaan terhadap nenek moyang yang dilakukan oleh seorang syaman.


b.    Pada Islam
Pada saat pengaruh islam masuk, pertunjukkan wayang sebagai media dakwah para wali songo, dan berisikan ajaran agama islam. Sebagai sarana pendidikan, komunikasi, dan hiburan rakyat juga digunakan untuk menyebarkan agama Islam.



·       Perkembangan
a.    Pada Hindu-Budha
Dewa asli nenek moyang Indonesia. http://purbakalasmaga.files.wordpress.com/2011/05/semar-gareng-petruk-bagong.jpg

o   Pertunjukan wayang pada mulanya merupakan upacara pemujaan arwah nenek moyang. Juga, pengembangan dari ritual atau pemujaan terhadap nenek moyang yang dilakukan oleh seorang syaman. Syaman tersebut kemudian menjadi “medium” untuk dirasuki oleh arwah nenek moyang yang kemudian mengoceh menceritakan peranan para nenek moyang di masa sebelumnya.
o   Dari ritual seperti itulah orang di Pulau Jawa kemudian memunculkan wayang dimana nenek moyang digambarkan sebagai tokoh wayang tersebut.     Kemudian, pertunjukan wayang
menyadur dari pengaruh Hindu-Buddha dengan mengambil cerita dari Mahabrata dan Ramayana.
o   Pada saat hindu budha, wayang masih berbentuk manusia.



b.    Pada Islam
o   Pergeseran zaman dari masa Hindu-Budha ke masa Islam dapat dilihat dari pemasukan unsur Islam ke dalam kesenian Wayang. Ketika pengaruh Islam masuk, pertunjukan wayang makin berkembang dan bersumberkan pada ajaran agama Islam.
o   Akulturasi yang dilakukan walisanga dalam pagelaran di Jawa adalah untuk misi dakwah yang diemban sunan kalijaga dengan melihat realitas sosial yang menunjukkan kentalnya kesenian wayang pada masyarakat. Sehingga mendorong sunan kalijaga menjadikan wayang sebagai salah satu metode dakwahnya yaitu dengan memasukkan ajran atau nilai islam seperti akidah, akhlak, dan ritual peribadatan islam.

c.     Pada zaman sekarang
o   Bahkan, sampai zaman modern sekarang ini dengan berbagai peralatan yang canggih, pertunjukan wayang masih tetap eksis sebagai sarana pendidikan, hiburan, dan komunikasi yang efektif untuk menunjang pembangunan.

Nilai luhur yang dikembangkan:
1.      Sikap religius yang tinggi.
2.     Memiliki prinsip yang kuat
3.     Kecintaan dengan daerah
4.    Patuh pada aturan
5.     Keinginan untuk berkembang

Persamaan Tradisi Hindu-Budha, Islam dan masa kini dalam tradisi seni wayang
·       Sama-sama memiliki jiwa seni yang tinggi.
·       Memiliki sikap religius dan kepercayaan yang tinggi.
·       Memiliki rasa ingin mengembangkan jiwa seni untuk menghibur dan memberi pengetahuan kepada penonton.

Perbedaan Tradisi Hindu-Budha dan Islam dalam tradisi seni wayang
·       Kepercayaan yang berbeda.
·       Pada zaman hindu budha mereka melakukannya untuk ritual, namun saat pada zaman islam digunakan sebagai media dakwah dan bercerita.
·       Isi yang terkandung dalam cerita wayang tersebut.
·       Penggambaran watak tokoh. Pada saat hindu budha, watak tokoh pada wayang menggambarkan nenek moyang.
·       Pada masa kini, wayang hanya digunakan untuk tujuan menghibur. Jarang ada unsur-unsur magis.

Kesimpulan:
Pada materi ini, kami dapat menyimpulkan bahwa tradisi merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari pola pikir masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia dahulunya adalah warga yang sangat mencintai tradisi dan adat istiadatnya. Mereka adalah sosok yang sangat menghargai nenek moyang dan adat daerah mereka. Walaupun sebuah pengaruh masuk dalam daerah mereka, mereka tak meninggalkan adat mereka. Namun mereka semakin mengembangkannya dan melakukan penyesuaian.



PERKEMBANGAN ALAT TRANSPORTASI DARI ZAMAN PRAAKSARA, HINDU BUDHA HINGGA MASA KINI

PERKEMBANGAN ALAT TRANSPORTASI DARI ZAMAN PRAAKSARA, HINDU BUDHA HINGGA MASA KINI

ALAT TRANSPORTASI
Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Perkembangan transportasi dalam sejarah bergerak dengan sangat perlahan, berevolusi dengan terjadi perubahan sedikit-demi sedikit, yang sebenarnya diawali dengan perjalanan jarak jauh berjalan kaki pada zaman paleolithic. Sejarah manusia menunjukkan bahwa selain berjalan kaki juga dibantu dengan pemanfaatan hewan yang menyeret suatu muatan yang tidak bisa diangkat oleh manusia[1] dan penggunaan rakit di sungai. 

a.  PRAAKSARA
KAPAL
§  Pada masa praaksara, nenek moyang kita membuat alat transportasi yang sangat sederhana. Karena, pola nomaden yang sudah terbentuk, mereka membuat sebuah alat yang bisa menyebrangi sungai atau danau. Pada masa praaksara, manusia pada zaman itu menggunakan pohon atau bambu untuk membuat rakit.
§  Salah satunya dinamakan kano. Inilah nenek moyangnya kapal laut. Kapal laut generasi pertama ini masih sangat sederhana. Kano biasanya terbuat dari batang pohon.
§  Manusia purba biasa menggunakan kano atau rakit untuk menyeberangi sungai atau danau. Mereka merantau untuk mencari tempat yang lebih baik. Biasanya, mereka meninggalkan tempat tinggal mereka yang dulu karena bahan makanan yang berada di tempat itu sudah habis ataupun bencana alam.
           

Binatang
§  Pada masa praaksara, mereka menggunakan binatang seperti kerbau, gajah, sapi menjadi alat transportasi mereka.
§  Alat transportasi masih sangat sederhana.
§  Mereka menggunakan alat transportasi itu untuk berpindah tempat atau tempat tinggal jika tempat tinggal mereka sudah tidak aman.


b.  HINDU-BUDHA
KAPAL
§  Pada masa hindu budha, mulai berkembang kapal layar yang pada saat itu dinamakan Kapal Borobudur.
§  Kapal borobudur adalah kapal layar bercadik ganda terbuat dari kayu yang berasal dari abad ke-8 di Nusantara yang digambarkan dalam beberapa relief Borobudur, Jawa Tengah, Indonesia.
§  Kegunaan cadik adalah untuk menyeimbangkan dan memantapkan perahu. Perahu kano bercadik tunggal atau kembar adalah perahu khas bangsa bahari Austronesia yang digunakan dalam penjelajahan dan penyebaran mereka di Asia Tenggara Oseania, dan Samudra Hindia.
§  Jenis perahu besar bercadik kembar yang ditampilkan di Borobudur kemungkinan adalah jenis kapal yang sama yang digunakan dinasti Sailendra dan Kemaharajaan bahari Sriwijaya yang menguasai perairan Nusantara pada abad ke-7 hingga ke-13.
§  Pada zaman ini, kegunaan kapal adalah untuk berlayar dan menjelajahi pulau. Juga untuk kegunaan perang dan keamanan militer pada kerajaan. Kegunaan kapal juga untuk menjelajah ke kerajaan lain. Dan untuk keperluan perdagangan.

§  Binatang
§  Pada masa hindu budha, mereka menggunakan kuda sebagai alat transportasi untuk pergi ke suatu tempat juga untuk transportasi berburu.

c.   MASA KINI
§  Pada masa kini, kapal laut digunakan untuk berwisata dan untuk kesenangan pribadi. Juga untuk keperluan militer.
§  Alat transportasi pada masa kini seperti motor boat, kapal uap, kapal bermotor, kapal mesin.

§  Binatang
§  Pada masa kini, binatang digunakan untuk kepuasan pribadi dan untuk hiburan. Contohnya adalah kuda. Kuda digunakan untuk balap kuda, yang tujuannya menghibur. Juga digunakan untuk kesenangan pribadi jika menggunakannya.
§  Kuda tak digunakan lagi sebagai alat transportasi utama, dikarenakan sudah ada motor dan mobil yang jauh lebih cepat dibanding kuda.
Nilai-nilai luhur yang dikembangkan:
1.      Sikap tolong menolong
2.     Gotong royong
3.     Kerjasama
4.    Persatuan
5.     Kebersamaan
6.    Disiplin

Persamaan                                                                                                                      
·       Sikap tolong menolong, kerjasamanya, gotong royongnya.
·       Menggunakan binatang sebagai alat transportasi tetap digunakan, hanya alasannya yang berbeda.
·       Memiliki rasa ingin terus berkembang.
·       Memiliki keinginan untuk berjelajah.


Perbedaan
·       Alat untuk menggerakkan alat transportasinya berbeda. Saat zaman praaksara, masih menggunakan tenaga dan kekuatan angin. Pada zaman hindu budha, menggunakan tenaga angin dan mesin yang sederhana. Pada zaman sekarang menggunakan mesin yang canggih.
·       Waktu tempuh saat zaman praaksara sangat lama, pada zaman hindu budha sudah sedikit cepat, pada zaman sekarang sangat cepat.
·       Pada zaman praaksara, alat transportasi digunakan untuk berpindah ke suatu tempat yang memiliki bahan makanan yang banyak. Pada zaman ini, terdapat pola nomaden. Pada zaman hindu budha, mereka menggunakan alat transportasi untuk berjelajah ke kerajaan-kerajaan untuk membangun kerjasama, untuk keperluan militer, dan perdagangan. Pada masa kini, alat transportasi digunakan untuk bersenang-senang, hobi pribadi, dan parawisata.

Kesimpulan
          Pada materi ini, kami dapat menyimpulkan bahwa dalam setiap perkembangan zaman pasti ada perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan itu dapat berupa teknologi yang digunakan, semakin berkembangnya zaman maka manusia akan menciptakan alat yang semakin canggih. Begitu juga pola pikirnya akan berubah.

          Sikap-sikap luhur yang kini berada, ternyata sikap luhur yang dari dulu sudah ditanamkan oleh nenek moyang kita. Nenek moyang kita menyadarkan kita, walaupun teknologi yang mereka gunakan masih sangat sederhana tapi mereka memiliki rasa kebersamaan yang , sikap tolong menolong, dan keberanian yang tinggi.