TRADISI SENI WAYANG
Ø Sejarah/Asal-Usul
Wayang
·
Salah satu bentuk
tradisi warisan nenek moyang kita ialah pertunjukan
wayang yang mampu bertahan berabad-abad dan mengalami perubahan serta perkembangan
sampai dengan bentuknya yang sekarang.
·
Wayang sebenarnya
dikenal sejak zaman prasejarah dari sekitar 1500 tahun sebelum Masehi. Namun,
tradisi wayang benar-benar tercipta pada saat hindu-budha dan kemudian terus berkembang
sampai islam hingga sekarang.
· Asal-usul wayang di dunia ada dua
pendapat:
Pertama, bahwa wayang berasal dan lahir
pertama kali di Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Timur. Pendapat ini selain dianut
dan dkemukakan oleh para peneliti dan ahli-ahli bangsa Indonesia, juga
merupakan hasil penelitian sarjana-sarjana Barat. Alasan ini
cukup kuat karena seni wayang masih amat erat kaitannya dengan
keadaan sosiokultural dan religi bangsa Indonesia, khususnya orang Jawa, yakni
Punakawan tokoh yang terpenting dalam pewayangan, yakni Semar, Gareng, Petruk,
Bagong hanya dalam pewayangan Indonesia dan tidak ada di Negara lain. Selain
itu nama dan istilah teknis pewayangan semuanya berasal dari bahasa Jawa dan
bukan bahasa lain.
Kedua,
diduga wayang berasal dari India, yang dibawa bersama dengan agama Hindu ke
Indonesia. Budaya wayang diperkirakan sudah lahir di Indonesia
setidaknya pada zaman pemerintahan Prabu Airlangga, Raja Kahuripan (976-1012),
yakni ketika kerajaan di Jawa Timur itu sedang makmur-makmurnya. Karya sastra
yang menjadi bahan cerita wayang sudah ditulis oleh para pujangga Indonesia,
sejak abad 10. Antara lain naskah sastra Kitab Ramayana Kakawin berbahasa Jawa
Kuna ditulis pada masa pemerintahan raja Dyah Balitung (989-910) yang merupakan
gubahan dari Kitab Ramayana karangan pujangga India, Walmiki. Selanjutnya, para
pujangga Jawa tidak lagi hanya menerjemahkan Ramayana dan Mahabarata ke Bahasa
Jawa Kuna, tetapi mengubahnya dan menceritakan kembali dengan memasukkan
falsafah Jawa Kuna kedalamnya.
· Kata “wayang” diduga berasal dari kata “wewayangan” yang artinya bayangan.
·
Fungsi pertunjukan
wayang sepanjang perjalanan sejarahnya tidaklah tetap dan bergantung pada
kebutuhan tuntutan.
a. Pada hindu-Budha:
Pada saat hindu budha, pertunjukkan wayang sebagai hiburan dan penyaluran
karya seni. Sebagai alat untuk menggambarkan nenek moyang juga pengembangan
dari ritual atau pemujaan terhadap nenek moyang yang dilakukan oleh seorang
syaman.
b. Pada Islam
Pada saat pengaruh islam masuk, pertunjukkan wayang sebagai media dakwah
para wali songo, dan berisikan ajaran agama islam. Sebagai sarana pendidikan, komunikasi, dan hiburan rakyat juga
digunakan untuk menyebarkan agama Islam.
·
Perkembangan
a. Pada Hindu-Budha
Dewa asli nenek moyang Indonesia.
o Pertunjukan wayang pada mulanya merupakan upacara pemujaan
arwah nenek moyang. Juga, pengembangan dari ritual
atau pemujaan terhadap nenek moyang yang dilakukan oleh seorang syaman. Syaman
tersebut kemudian menjadi “medium” untuk dirasuki oleh arwah nenek moyang yang
kemudian mengoceh menceritakan peranan para nenek moyang di masa sebelumnya.
o Dari ritual seperti itulah orang di Pulau Jawa kemudian memunculkan wayang
dimana nenek moyang digambarkan sebagai tokoh wayang tersebut. Kemudian, pertunjukan
wayang
menyadur dari pengaruh Hindu-Buddha dengan mengambil cerita dari Mahabrata dan Ramayana.
menyadur dari pengaruh Hindu-Buddha dengan mengambil cerita dari Mahabrata dan Ramayana.
o Pada saat hindu budha, wayang masih berbentuk manusia.
b. Pada Islam
o Pergeseran zaman dari masa Hindu-Budha ke masa Islam dapat dilihat dari
pemasukan unsur Islam ke dalam kesenian Wayang. Ketika
pengaruh Islam masuk, pertunjukan wayang makin berkembang dan bersumberkan pada
ajaran agama Islam.
o Akulturasi yang dilakukan walisanga dalam pagelaran di Jawa
adalah untuk misi dakwah yang diemban sunan kalijaga dengan melihat realitas
sosial yang menunjukkan kentalnya kesenian wayang pada masyarakat. Sehingga
mendorong sunan kalijaga menjadikan wayang sebagai salah satu metode dakwahnya
yaitu dengan memasukkan ajran atau nilai islam seperti akidah, akhlak, dan ritual
peribadatan islam.
c. Pada zaman
sekarang
o Bahkan, sampai zaman modern sekarang ini dengan berbagai
peralatan yang canggih, pertunjukan wayang masih tetap eksis sebagai sarana
pendidikan, hiburan, dan komunikasi yang efektif untuk menunjang pembangunan.
Nilai luhur yang
dikembangkan:
1.
Sikap
religius yang tinggi.
2.
Memiliki
prinsip yang kuat
3.
Kecintaan
dengan daerah
4.
Patuh
pada aturan
5.
Keinginan
untuk berkembang
Persamaan Tradisi Hindu-Budha, Islam dan masa
kini dalam tradisi seni wayang
·
Sama-sama
memiliki jiwa seni yang tinggi.
·
Memiliki
sikap religius dan kepercayaan yang tinggi.
·
Memiliki
rasa ingin mengembangkan jiwa seni untuk menghibur dan memberi pengetahuan
kepada penonton.
Perbedaan Tradisi Hindu-Budha dan Islam dalam
tradisi seni wayang
·
Kepercayaan
yang berbeda.
·
Pada zaman
hindu budha mereka melakukannya untuk ritual, namun saat pada zaman islam
digunakan sebagai media dakwah dan bercerita.
·
Isi yang
terkandung dalam cerita wayang tersebut.
·
Penggambaran
watak tokoh. Pada saat hindu budha, watak tokoh pada wayang menggambarkan nenek
moyang.
·
Pada masa
kini, wayang hanya digunakan untuk tujuan menghibur. Jarang ada unsur-unsur
magis.
Kesimpulan:
Pada
materi ini, kami dapat menyimpulkan bahwa tradisi merupakan hal yang tidak bisa
dipisahkan dari pola pikir masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia dahulunya
adalah warga yang sangat mencintai tradisi dan adat istiadatnya. Mereka adalah
sosok yang sangat menghargai nenek moyang dan adat daerah mereka. Walaupun
sebuah pengaruh masuk dalam daerah mereka, mereka tak meninggalkan adat mereka.
Namun mereka semakin mengembangkannya dan melakukan penyesuaian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar