selamatdatang


widgets

Minggu, 13 Oktober 2019

LIPATAN 3

Setelah sekian lama biar kuceritakan.
Sempat terlupakan untuk diceritakan padahal aku sudah janji.

Masih ditempat yang sama dengan musuh terbesarku yang masih santai saja dihadapanku seolah semua sudah selesai. Seharusnya ia lanjut bekerja, namun karena aku datang dia lebih memilih melayaniku.

"Mana Farel?" Tanyanya (Ridho) langsung tapi tidak sambil menatapku.
"Ada apa kau mencarinnya?" Tanyaku menyelidik

"Aku rindu hahahaha" dia berusaha membuat lelucon. Aku masuk dalam leluconnya yang membuatku sejenak lupa akan ketegangan diantara kita berdua. Aku tersenyum.

Dia berhenti tersenyum dan terkekeh melihatku.
"Maaf" ridho bergumam dan menatapku seakan matanya berkata 1000x maaf dan rasa menyesalnya segunung.

"Iya" gumamku.
Ia mengangguk paham.

Biarkan aku menceritakannya Ridho,
Untuk membuka ingatanmu yang telah lama pupus dimakan waktu.
Bernostalgia dan meng-klarifikasi segala hal.

Ia mempersilakanku tanpa mengucap sama sepertiku yang meminta tanpa mengucap.

Farel. Ya dia adalah sahabat terbaikku yang amat kusayangi di dalam hidupku. Bagaimana tidak? Aku hidup dari kecil dengannya. Aku memiliki banyak kenangan dan waktu bersamannya yang tidak bisa terbayar hanya dengan apapun di dunia ini. Dia sungguh berharga bagiku. Maka aku tak ingin dia sakit, terjatuh, merasa dirinya tak berharga dan aku tidak mau dia kecewa karena dikecewakan.

Tapi suatu hari yang cerah telah merubah hidup kami berdua. Disaat aku terbangun dengan normal dibangunkan bi piyem, berangkat dengannya dengan sebuah lagu dan pengakuan fantastisnya yang membuatku bahagia sebagai sahabat.

Semenjak itu aku selalu membantunnya agar ia bisa bersama orang yang ia cinta. Dengan segala cara, aku berusaha mendekatkan mereka berdua. Aku berusaha mengubah orang yang ia cinta menjadi wanita yang amat sangat menarik. Sembari aku bersamamu dalam suatu hubungan yang menarik.

Bersamamu Ridho,

Kau yang dulu datang kepadaku ibarat sebuah air yang mengalir kepadaku, menjadi sebuah ketetapan tuhan yang tak ter-elakkan. Kau ada menjadi sebuah cerita yang aku tidak sangka-sangka. Kau selalu mengejutkanku dengan hal yang menggembirakan.

Bagiku semua sempurna. Sahabatku bahagia dan aku bahagia. Tapi hidup tidak sebercanda itu, membuat segalanya terasa sempurna bagiku. Aku hanya sedang menjadi penonton dari tokoh-tokoh yang berusaha menghiburku, meng-kamuflasekan hidupku yang menyedihkan. Agar aku tak sadar.

Dibalik semua kamuflase sandiwara yang kalian sediakan. Beberapa orang yang kusayang, merasa sedih dan menderita. Mereka semua menutupi semuanya terus menerus dan menjadikan aku orang yang amat sangat bodoh.

Aku terus menerus jadi penonton yang dibohongi oleh sebuah kebohongan besar. Sampai pada saatnya layar TV yang menjadi panggung sandiwara tak lagi menyala. Tiba-tiba,
Aku berada dalam kegelapan yang nyata dan baru sadar aku hanya sendirian selama ini.

Kalian tidak ada. Aku ditinggalkan. Tiba-tiba kalian semua hilang! Aku menangis ditengah kegelapan tapi kalian tetap tidak ada. Sampai kunyalakan sebuah lilin yang tak sengaja kutemukan.

Setelah semua cukup terang kutemukan beberapa dari kalian dengan kenyataan yang berbeda. Satu persatu kebohongan yang kalian sembunyikan dibalik topeng sandiwara tersebut, terungkap.

Aku mendapati seluruh orang yang sangat kupercaya dan kucintai telah mengkhianatiku. Pengkhianatan dari segala arah ini membunuhku.

Aku bagai tawanan yang dikepung dengan kenyataan pahit. Yang terus saja menusuk jantungku sampai rasanya ingin mati. Diriku sudah mati tapi mengapa raga ini masih bernapas?

Begitulah sepotong clue lipatan cerita, yang membuka seluruh percakapan kita yang akan ber-episode-episode.

Ya inilah aku.

Hari ini aku berjalan menapaki "dunia". Sungguh pengalaman yang fantastis. Berada diantara beberapa orang sungguh membuatku terkesan.

Hari ini aku duduk di busway melihat bagaimana kehidupan orang-orang kota. Ada yang membawa anaknya, membawa belanjaan, membawa temannya dan ada yang hanya membawa beban di punggungnya.

Disini aku hanya membawa sebuah tas dan rasa ingintahu yang tinggi. Juga membawa rasa sepi yang mendekam di lubuk hati. Bukan kesepian lantas tak punya teman. Memang terkadang aku merasa saja sepi dan itu lumrah saja sebagai seorang manusia. Entah bagaimana orang lain pernah kesepian atau tidak, Oh atau kau tak pernah kesepian? Hebat.

Sungguh ramai sekali hiruk-pikuk kota ini. Semua berbondong untuk berlari mencapai apa yang dimimpikan, agar bisa duduk di gedung-gedung pencakar langit.

Ya sudah itu saja yang kuamati. Menjadi pengamat lebih baik. Ya itu menurutku tidak peduli menurutmu bagaimana.

Aku senang menceritakan apa yang kulihat melalui tulisan. Dan aku berusaha hanya menjadi diriku sendiri saja tanpa mengada-ada. Tanpa bermaksud terlihat "wow" untuk orang lain. Aku hanya menjadi diriku sendiri saja. Seperti yang aku lakukan sekarang, diam diam menulis. Tapi aku suka itu, belum tentu kamu dan orang lain.

Sabtu, 12 Oktober 2019

Diary of Mahasiswa F.Hukum Tingkat Akhir

Hai guys!

Welcome back to my blog ☺️

Setelah bertahun-tahun lamannya #azek kusudah tidak menulis lagi karena beberapa kesibukan yang cukup menyita waktu. Kehidupan masa kuliahku yang pada awalnya cukup berat karena aku memutuskan untuk masuk ke organisasi pada awal semester, jadinnya kedepan-depannya pun akhirnya harus mengaktifkan diri dengan beberapa kegiatan kampus;lomba,kepanitiaan dll.

Apalagi belum tugas kuliah yang numpuk karena sks yang banyak 23 atau sampai 24 sks an, sampai semester atas hmm. Udah semester atas pun ketika sks makin kecil masih disiksa jg dengan KULIAH SAMBIL MAGANG. Nggak pas libur. Dan disitulah gue lepas kegiatan organisasi gue satu persatu supaya nggak kepusingan. Walaupun gue lepas, masih tetap terikat terhadap beberapa kegiatan dan nggak bisa lepas tangan begitu saja. Yaudah deh.

Dan sekarang gue udah semester 7. Banyak banget hal-hal yang gue lalui selama ini, juga banyaknya hikmah dan pembelajaran untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi kedepannya.

Menjadi semester 7 itu nggak segampang yang dipikirkan(Karena awalnya gue mikir kalau udah semester akhir pasti bebas) absolutely no, ternyata!

Jeratannya memang bukan lagi yang berbentuk tanggung jwb di kampus (lomba atau buat kegiatan) tapi lebih daripada itu!

Ketika semester 7 ini gw laluin, baru gw rasain gimana banyaknya hal yang harus gue capai setelah gue lulus dari sini. Setelah lulus mau ngapain?
Langsung kerja atau sekolah lagi?

Gimana caranya mendapatkan apa yang diimpikan?
Banyak banget syaratnya.
Harus bisa banyak bahasa, harus punya kemampuan intelektual yang melebihi orang lain (bukan hanya internal kampus, tp seluruh indonesia bahkan saingannya udh seluruh dunia semenjak globalisasi)
Harus punya relasi yang lebih banyak lagi di luar.
Harus punya HOKI.
Harus berpegang teguh, dll.

Kesibukan dikampus membuat gue banyak lupa untuk mengembangkan diri di kemampuan lainnya. Dan itu harus gue kejar sekarang. Karena mimpi gue cuman satu yaitu jadi HAKIM. Entah bagaimana cara dan pendakiannya. Mau lewat jadi pengacara, notaris kek, dosen kek, praktisi dll. Gue rasa gue harus tetap terus mendaki dan berjuang untuk jadi hakim. Gue mau menjadi penerus kakek (bokap dari mama) menjadi hakim dan ketua pengadilan.

Begitulah semester 7 ku dan impianku disemester akhir ini, semoga apa yang disemogakan bisa tercapai